CCTV

Selasa, 28 April 2015

SANGKURIANG Cerita Rakyat Jawa Barat



Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

 Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya. 

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

BEBERAPA LEGENDA DARI AFRIKA

Huveane

Gambar Pertama Beberapa Mitos dan Legenda Afrika Oleh Unik Segiempat
Berdasarkan cerita rakyat Afrika, Huveane adalah manusia pertama, dan beberapa orang menganggapnya setengah dewa. Untuk orang-orang Basotho dan Bavenda di Lesotho, Afrika Selatan, pria ini adalah pencipta mereka. Setelah penciptaan surge dan bumi, Huveane ingin menikmati waktunya dengan damai. Sayangnya, saat itu manusia telah mampu mengenali burung dan lebah. Hal tersebut sangat luar biasa bagi manusia, tetapi semua kebisingan yang disebabkan burung-burung dan para lebah membuat Huveane terusik. Huveane akhirnya naik ke surge dengan membuat pasak menuju surga dan memanjatinya.

Kaang
Gambar Kedua Beberapa Mitos dan Legenda Afrika Oleh Unik Segiempat
Masyarakat Khoi, atau San adalah nomaden di Afrika. Berdasarkan kepercayaan mereka, dewa tertinggi Kaang menciptakan dunia, tetapi membuang kematian dan kehancuran karena keduanya menentang Kaang. Meskipun sang dewa hidup di langit, rohnya masih ada dalam semua makhluk hidup. Dalam satu cerita, isteri Kaang melahirkan eland (antelope Afrika). Sang dewa merawat eland tetapi sayangnya eland terbunuh oleh kedua anaknya secara tidak sengaja. Kaang lalu memasak darah eland. Sisa lemak dari darah eland lalu disebarkan disepanjang Afrika, dan pada akhirnya berubah menjadi antelop dan binatang lainnya.

Dewa Sungai Zambezi

Gambar Ketiga Beberapa Mitos dan Legenda Afrika Oleh Unik Segiempat
Dewa Sungai Zambezi, atau Nyaminyami, adalah makhluk mirip naga dan dipercaya memerintah semua kehidupan yang ada di Sungai Zambezi, sungai keempat terbesar di Afrika. Berdasakan satu cerita, proyek Dam Kariba yang dimulai pada tahun 1956 mengusik kedamaian orang-orang Batonga yang telah menduduki lembah Zambezi ratusan tahun lamanya. Diminta untuk pindah, masyarakat Batonga yakin bahwa Nyaminyami tidak akan membuat dam tersebut terlesesaikan. Setahun setelah proyek tersebut dimulai, banjir besar terjadi dan membunuh beberapa pekerja serta menghancurkan dam yang telah dibangun sebagian. Selama 3 hari, para keluarga dari korban mati-matian mencari mayat dari pekerja tersebut. Pada akhirnya, tetua Batonga menjelaskan bahwa mereka harus melakukan persembahan untuk memuaskan Nyaminyami. Oleh karena itu, seekor sapi dipersembahkan dan dimasukkan kedalam sungai. Keesokan harinya, jasad para pekerja ditemukan. Dam ini selesai pada tahun 1977.

Ratu Saba yang Misterius

Gambar Keempat Beberapa Mitos dan Legenda Afrika Oleh Unik Segiempat
Kita semua pasti tahu Ratu Saba dari beberapa sumber, termasuk Al-Qur’an dan Alkitab, tetapi kita tidak terlalu mengetahui dengan pasti siapakah ratu ini. Nama lengkapnya bahkan tidak pernah disinggung, tetapi kebanyakan orang menganggap bahwa kerajannya ada pada daerah Etopia. Keluarga kerajaan Etopia mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari anak Raja Solomon dan ratunya, dan berdasarkan legenda, ratu sang raja bernama Makeda.
Berdasarkan Kebra Negast, sang raja mengundang Makeda ke suatu perjamuan dimana masakan pedas dihidangkan. Karena ratu Makeda bermalam, dia meminta Solomon untuk tidak memaksakan kehendaknya terhadap Makeda. Solomon merespon dengan mengatakan bahwa dirinya tidak akan menggangu Makeda jika sang ratu tidak mengambil apa-apa dari dirinya terlebih dahulu. Sayangnya, sang ratu menjadi haus dimalam hari, terbangun, dan mengambil air yang diletakkan didekat ranjangnya. Raja lalu muncul, mengingatkan janjinya. Sang ratu lalu mengambil air tersebut, meminumnya, dan membuat raja terlepas dari janjinya.

Cerita Dongeng Jepang - Momotaro



Zaman dahulu di suatu tempat hiduplah sepasang kakek-nenek. Setiap hari, kakek ke hutan mengumpulkan kayu bakar, sedangkan nenek ke sungai mencuci. Ketika nenek sedang mecuci, dari hulu sungai hanyutlah momo (buah peach) Nenek memungut momo itu.
 “Sepertinya, momo ini manis.” Nenek mengambil momo yang besar itu dan membawanya pulang.
Malam pun tiba. Kakek pulang memikul kayu bakar. “Nenek, nenek, kakek sudah pulang.”
“Kakek, ya, selamat datang. Hari ini, nenek menemukan momo yang besar di sungai. Sekarang ada di lemari…” kata nenek sambil mengeluarkan momo itu dan meletakkannya di atas talenan. Lalu, nenek menempelkan pisau dapur pada momo tersebut untuk membelahnya. Tapi, momo tersebut membelah sendiri dan dari dalamnya keluar anak laki-laki yang lucu. Begitu keluar anak laki-laki itu langsung menangis. Kakek dan nenek terkejut.
“A,aduh, gawat ini.” Kakek dan nenek panik. Setelah tangisnya reda kakek berkata, “Karena anak ini muncul dari dalam momo, kita harus menamainya Momotaro.” Begitulah Momotaro dinamai.
Kakek dan nenek memberi Momotaro bubur, ikan dan merawatnya dengan hati-hati. Kalau Momotaro diberi semangkuk nasi, dia akan makan semangkuk. Kalau Momotaro diberi dua mangkuk nasi, Momotaro akan makan dua mangkuk. Tak terasa Momotaro tumbuh jadi besar. Lalu, kalau dia diajari berhitung satu, maka dia dapat menghitung sampai sepuluh. Akibatnya Momotaro jadi terkenal. Selain itu, tenaganya makin lama makin kuat, dan tanpa disadari tak seorangpun anak-anak di sekitarnya dapat menyaingi kemampuan Momotaro. Pintar, kuat dan berbakat. Momotaro jadi anak yang hebat. Karena Momotaro sangat lucu, kakek dan nenek makin gembira membesarkannya.
Suatu hari, Momotaro menghadap kakek dan nenek, duduk di depan kakek dan nenek dan memohon sambil berkata, “Kakek, nenek. Karena aku sudah besar aku mau pergi ke pulau hantu untuk menaklukkan hantu yang suka merampas barang manusia. Tolong buatkan bekal kibi dango (sejenis kue mochi yang berisi kacang) paling enak di Jepang.”
Kakek dan nenek serentak berkata, “Kau masih kecil. Bagaimana pun juga kau masih kecil. Untuk apa kau ke pulau hantu, menangkap para hantu itu?”
Walaupun sudah dilarang, Momotaro tak peduli. “Kakek, nenek, aku memang sendirian, tapi 50 atau 100 ekor hantu bukan masalah buatku.”
“Kalau begitu baiklah,” kata kakek dan nenek.
Tak lama berselang Momotaro dibuatkan bekal kibi dango paling enak di Jepang. Kemudian Momotaro juga diberi ikat kepala hachimaki, celana lebar hakama dan pedang pendek yang baru. Lalu, di punggungnya juga di dipasangkan bendera bertuliskan ‘Momotaro terkuat nomor satu di Jepang’.
Momotaro berangkat ke pulau hantu.
Pada saat akan meninggalkan desa seekor anjing terus-menerus menyalak mengikuti Momotaro.
“Momotaro, Momotaro, kau mau pergi ke mana?”
“Ke pulau hantu, menaklukkan hantu.”
“Aku mau menemanimu ke pulau hantu asalkan kau mau memberiku sebuah kibi dango.”
“Baiklah, kalau begitu kau jadi anak buahku. Kalau kau makan kibi dango ini kekuatanmu akan betambah 1000 kali lipat,” kata Momotaro mengeluarkan sebuah kibi dango dari kantong dan menyerahkan pada anjing itu. Anjing jadi anak buah Momotaro.
Tak lama kemudian, burung gagak berkoak-koak mendekati Momotaro. Lalu, sama seperti anjing, Momotaro memberinya sebuah kibi dango dan menjadikan burung gagak itu anak buahnya. Lalu, beberapa saat kemudian, monyet berteriak-teriak mendekati Momotaro. Monyet pun menjadi anak buah Momotaro setelah diberi sebuah kibi dango.
Momotaro jadi jendral, anjing jadi pembawa bendera, monyet jadi pembawa pedang. Mereka melanjutkan perjalanan ke pulau hantu.  Sampailah Momotaro dan ketiga anak buahnya di depan gerbang yang hitam dan besar di pulau hantu. Langsung saja monyet mengetuk pintu gerbang.

Dari dalam terdengar suara. “Siapa itu?” Lalu keluarlah setan merah.
“Aku Momotaro terkuat nomor satu di Jepang. Aku ke pulau hantu ini untuk menaklukkan hantu. Enyahah kalian semua.”
Setelah mengatakan itu, Momotaro menghunus dan menusukkan pedangnya. Monyet bertarung dengan tombak, sedang burung gagak dan anjing dengan pedang. Anak-anak hantu yang ada di tempat itu ribut besar dan lari ke dalam. Di dalam banyak hantu-hantu berkumpul sedang pesta sake. Momotaro masuk ke dalam untuk mengejar anak hantu.
“Apa, Momotaro?” kata hantu-hantu linglung dan keluar dengan sempoyongan. Karena Momotaro dan ketiga anak buahnya sudah makan kibi dango yang membuat mereka jadi prajurit perkasa yang kekuatannya bertambah jadi 1000 kali lipat. Hantu dapat dikalahkan, dilempar-lempar dan ditusuk-tusuk.
“Kami sama sekali tak dapat mengimbangi. Ampunilah jiwa kami. Mulai hari ini kami tak akan berbuat jahat lagi.” Jendral hantu hitam memohon di hadapan Momotaro. Dari matanya yang besar mengalir setetes air mata. Kepalanya dibenturkan ke tanah meminta ampun.
“Baiklah, kalau memang kalian tak akan berbuat jahat lagi, maka jiwa kalian kuampuni.” Momotaro mengampuni hantu-hantu itu.
“Kami tak akan pernah berbuat jahat lagi. Semua barang-barang berharga ini kuserahkan padamu.” Janji jenderal hantu. Lalu memerintahkan bawahannya untuk memindahkan barang-barang rampasan yang ada di gudang, barang-barang yang selama ini dirampas dari manusia.
Momotaro menaikkan barang-barang itu ke atas kendaraannya dan menyuruh anjing, monyet dan burung gagak menariknya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk kakek dan nenek.
Peristiwa ini sampai juga ke telinga bidadari. Bidadari memberi Momotaro hadiah yang sangat banyak. Lalu, Momotaro hidup bahagia bersama kakek dan nenek.

Sejarah Nama Sabang dan Legenda Pulau Weh

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang makanya tak Sabang, haha maksa, jadi sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui sejarah Kota Sabang itu sendiri.
Kalau kita berbicara mengenai sejarah Kota Sabang, nama Sabang itu sendiri berasal dari bahasa arab, dari kata Shabag yang artinya gunung meletus. Mengapa diberi nama gunung meletus? mungkin dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi, Gunung berapi di dalam Laut Pria Laot dan beberapa karang yang ada di beberapa pantai yang berwarna hitam, merupakan batu-batuan muntahan dari gunung berapi. 
Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli Bumi Yunani,Ptolomacus, berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut.

Pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di sebuah pulau dan menamainya Pulau Emas, pulau itu yang dikenal orang sekarang dengan nama Pulau Weh.Sedangkan Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa aceh, ”weh” yang artinya dalam bahasa aceh ”pindah”, menurut sejarah yang beredar Pulau Weh pada awal mulanya Pulau Weh merupakan satu kesatuan dengan Pulau Sumatra, karena sesuatu hal akhirnya Pulau Weh, me-weh-kan diri atau memindahkan diri ke posisinya yang sekarang. Makanya pulau ini diberi nama Pulau Weh.

Menurut teman-teman yang berasal dari luar nanggroe, Pulau Weh terkenal dengan Pulau We tanpa huruf H. Ada juga yang berpikiran kalau Pulau Weh diberi nama Pulau We karena bentuknya seperti huruf W. Kamu juga berpikir seperti itu?ngga salah juga memang.
 
Yang paling penting bagi sejarah Pulau Weh adalah sejak adanya pelabuhan di Kota Sabang. Sekitar tahun 1895, Sabang adalah sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Sejak didirikannya Sabang Maatschappij pada tahun 1895 Pelabuhan Sabang mempunyai arti penting pada zaman Belanda, karena dari pelabuhan itulah kapal-kapal besar Belanda mengangkut rempah-rempah dari Bumi Nusantara untuk dijual ke Eropa. Kemudian belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya bangunan-bangunan peninggalan Bangsa paling pelupa di Dunia, yaitu Bangsa Belanda, karena sering meninggalkan bangunan dimana-mana. 

Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Temasek atau sekarang terkenal dengan nama Singapura. Namun, di saat Kapal laut bertenaga diesel mulai digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan Sabang pun mulai dilupakan.

Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri, perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1986 dengan alasan menjadi daerah yang rawan untuk penyelundupan barang.  

Legenda Pulau Weh
Layaknya daerah-daerah di Indonesia, selalu saja ada legenda yang menceritakan asal muasal terjadinya sesuatu daerah, begitu pula ada legenda yang melatar belakangi terjadinya terbentuknya Pulau Weh, dan segala isinya. Konon kisahnya pada jaman dahulu kala, Nenekku pernah bercerita asal mula tentang Pulau Weh.

Dahulu kala, Pulau Weh pada mulanya bersatu dengan Pulau Sumatera. Namun Tuhan berkata lain, dalam sebuah gempa bumi yang dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang berjarak 18 mil, hebat banget ya, dan Akibat gempa itu pula, Pulau Weh keadaannya menjadi tandus dan gersang.

Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan agar Pulau Weh tidak gersang seperti itu lagi. Lalu putri tersebut membuang seluruh perhiasannya ke laut sebagai sesembahannya. Tidak lama kemudian hujan pun turun, disusul gempa bumi yang juga lumayan dahsyat. Akhirnya terbentuklah sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu. Putri cantik itu pun kemudian terjun ke laut yang kemudian menjadi sebuah pulau yang terkenal dengan sebutan Pulau Rubiah, dan lokasi yang menjadi tempat pembuangan semua perhiasannya menjadi taman laut yang memiliki terumbu karang yang indah berwarna-warni. Boleh percaya boleh tidak, namanya saja legenda dan cerita dongeng sebelum tidur. (Sumber : Berbagai Sumber)

Legenda Futakuchi-Onna Dari Jepang


Futakuchi-Onna




MyMisteri Leony Li
 - Futakuchi-Onna adalah salah satu siluman di jepang dengan ciri-ciri mereka adalah memiliki dua mulut, yang pertama adalah mulut normal yang terletak di muka dan yang kedua adalah mulut yang terletak di belakang kepala di bawah rambut.


Di sana, tengkorak wanita terpisah atau terbelah dan membentuk bibir, gigi dan lidah. Sehingga menciptakan mulut kedua yang dapat digunakan dan membuat rambut seperti tentakel sehingga bisa mengambil makanan dan memasukan makanan tersebut ke mulut yang berada di belakang.

Futakuchi-onna juga memakan makanan melewati bibir normal, namun mulut di bagian belakang kepalanya mengkonsumsi dua kali lipat.

Menurut Catatan Legenda


Dalam mitologi dan cerita rakyat jepang, futakuchi-onna hampir memiliki awal kisah yang sama dengan cerita Rokurokubi, Kuchisaki-onna dan Yama-Uba. Yaitu perempuan yang menderita karena kutukan atau penyakit supranatural yang mengubahnya menjadi siluman.

Ada beberapa cerita yang merupakan asal-usul futakuchi-onna dengan memiliki dua mulut, tetapi hal yang paling sering dikaitkan adalah wanita yang sering diet atau jarang makan.

Futakuchi-onna awalnya (Normal) merupakan istri dari suami yang pelit sehingga jarang diberi makan. Untuk mengatasi ini, mulut kedua muncul secara misterius di bagian belakang kepala wanita itu. Mulut kedua ini sering bergumam hal-hal jahat untuk mengancam perempuan ini agar segera makan.

Jika tidak diberi makan, dapat teriak dengan kencang dan dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa kepada wanita tersebut. Karena wanita itu tetap tidak mau memberi makan, rambut wanita itu pun mulai bergerak sendiri seperti ular dan memberikan makanan ke mulut kedua supaya wanita itu makan.

Seorang wanita pelit pergi ke hutan dengan membawa kapak suaminya untuk memotong kayu. Ketika memotong kayu, ia tidak sengaja memukul ke kepalanya dengan kapak suaminya. Tetapi lukanya tidak pernah sembuh. Dan terbentuklah mulut misterius itu.

Ada seorang ibu yang membiarkan anak tirinya mati kelaparan dan dia hanya mengisi perutnya saja makan. Roh anak terlantar itu pun masuk ke tubuh ibunya dan membuat mulut baru dibelakang kepalanya untuk membalas dendam.

Berikut adalah salah satu cerita yang terkenal di jepang tentang futakuchi-onna.


Di sebuah desa kecil hiduplah seseorang yang kikir dan pelit, karena dia tidak bisa menanggung beban untuk membayar makanan untuk istri, jadi dia hanya tinggal sendiri.

Suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita yang tidak pernah makan apa pun, lalu ia segera bawa pulang dan dijadikan istrinya. Karena dia tidak pernah makan sesuatu, dan seorang pekerja keras, orang tua yang kikir itu sangat senang dengan dia. Tapi di sisi lain dia mulai bertanya-tanya mengapa stok beras di tokonya terus berkurang.

Suatu hari laki-laki tua yang kikir itu pura-pura berangkat kerja dan memata-matai istri barunya. Lalu ia pun sangat terkejut, ia melihat bagian rambut istrinya dan tengkoraknya terbuka lebar seperti mulut yang menganga.

Lalu rambutnya yang seperti tentakel mengambil beras dan menaruh beras tersebut ke dalam mulut di belakang kepalanya. Itulah menurut legenda yang pernah tercatat di jepang, namun mengenai benar tidaknya kisah ini, kita serahkan saja kepada maha pencipta. Red

Legenda Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.

 Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Nyi Roro Kidul, Mitos atau Fakta?

Nyi Roro Kidul, Mitos atau Fakta? Gadis





Nyi Roro Kidul memang nggak diragukan lagi ketenarannya. Salah satu legenda Indonesia ini bisa bikin kita merinding saat berkunjung ke Pantai Selatan atau melihat lukisan yang menggambarkan Sang Ratu sedang menunggang kereta kuda di gulungan ombak. Sangat mistis!

Ternyata, legenda ini nggak sekadar mitos, lho. Malah seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR. Eko Yulianto menghubungkan kejadian tsunami dengan legenda Nyi Roro Kidul. Hal ini bahkan sudah pernah dibahas saat kongres paranormal di Paris pada tahun 1980-an, lho. Kawasan Pantai Selatan yang ‘dikuasai’ oleh Nyi Roro Kidul berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia uang merupakan zona subduksi (tabrakan) lempeng bumi.

Hmm, percaya nggak percaya…tapi nggak ada salahnya kan kita menghormati legenda dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat? Seperti beberapa hal di bawah ini: 

  • Kamar nomor 33 di Hotel Queen of the South, Parangtritis ditutup untuk umum karena “dipersembahkan” bagi Sang Ratu.
  • Para raja Yogyakarta dan Solo,selalu melakukan adat labuhan setahun sekali di bulan Sura. Para raja mengirim sesaji ke Laut Selaran sebagai persembahan bagi Nyi Roro Kidul.
  • Tarian Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang di Keraton Yogyakarta, dan Bedaya Ketawang di Keraton Surakarta digelar untuk menghormati Nyi Roro Kidul setahun sekali. Sembilan orang penari mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa. Konon katanya penari kesepuluh adalah Nyi Koro Kidul yang datang untuk menikahi sang Raja.
  • Ada dua kamar di hotel Grand Bali Beach, Bali yang konon dihuni oleh Nyi Roro Kidul, yaitu cottage nomor 2401 dan kamar nomor 327. Kamar ini sampai sekarang tetap terpelihara rapi dan diberi hiasan khusus dengan warna hijau kesukaan Sang Ratu.  (Dea/ Foto: Istimewa)
Jakarta, Sayangi.com - Raja-raja di seluruh Nusantara pernah bersinggungan dengan penguasa laut Kidul (Selatan). Ada tiga penguasa laut Selatan. Dan mereka inilah yang menjadikan raja-raja tersebut sebagai budak seks. Konon, diantara penguasa itu ada yang berasal dari titisan Dewi, dan namanya Dewi Nawangwulan.
Jauh sebelum adanya kisah Joko Tarub dan Nawangwulan, di negeri awan, yaitu negeri para Dewa-Dewi, terdapat sebuah kerajaan langit. Kerajaan langit itu dipimpin oleh seorang Ratu. Ratu itu bernama Dewi Sekarwatimara atau Dewi Naga Selatan atau Dewi Kidul. Dari namanya, Dewi Sekarwatimara berbadan setengah manusia tapi setengah ular. Dewi Sekarwatimara termasuk golongan bangsa jin.

Dewi Sekarwatimara memiliki tiga orang putri. Masing-masing memiliki sukma sejati Ular Kobra, Naga Hijau dan Ular Sanca. Ketiga putri bangsa jin itu memiliki sifat dan perwatakan yang berbeda-beda. Dewi Rara Panas atau Dewi Rara Kidul adalah Dewi yang berparas cantik dan memiliki kemiripan dengan ibunya Dewi Naga Selatan yang bersifat welas asih dan bijaksana.

Sementara Dewi Ningrum adalah ratu yang berwatak dingin dan lemah lembut, tokoh ini jarang dikenal oleh manusia. Sebab dirinya jarang muncul di dunia alam manusia.
          
Sedangkan saudara tuanya bernama Dewi Blorong. Karakter Dewi Blorong keras dan jahat. Blorong dikenal sangat digdaya dan menjadi ratu penguasa ilmu kegelapan. Dialah Dewi dari segala lelembut yang menyebarkan ilmu kekebalan, ilmu kesaktian, ilmu santet dan sebagainya. Dewi Blorong menjadi penyebab segala bentuk kekacauan di alam manusia.
          
Biasanya para pelaku spiritual selalu digoda dan ditemui oleh bangsa lelembut seperti Dewi Blorong maupun Dewi Rara Panas. Sedangkan Dewi Ningrum amat jarang menampakan diri pada manusia.
          
Tersebutlah nama Dewi Kaditha. Dia adalah putri raja dari ratu di zaman Kerajaan Sunda Kuno yaitu Prabu Munding Wangi. Dewi Kaditha awalnya sangat cantik. Melihat kecantikan putri Prabu Munding Wangi tersebut, banyak punggawa yang jatuh hati. Namun cinta mereka ditolak. Tidak sedikit orang yang patah hati. Maka, digunakanlah ilmu teluh. Dewi Katidha diguna-gunai dengan ilmu hitam. Kontan, sekujur tubuh Katidha bersisik, berbau amis dan busuk.
          
Tabib istana tidak ada yang mampu mengobati penyakit putri Raja Munding Wangi. Manca negara pun dijelajah untuk mendapatkan tabib dan obat bagi Dewi Katidha. Rasa putus membuat Dewi Katidha melarikan diri dari istana. Dia kemudian berjalan tanpa arah tujuan, hingga sampailah ia di suatu tebing samudra yang ombaknya bergelombang sangat dahsyat.
          
Di tempat itu ia duduk termenung seorang diri. Dalam lamunanya, Dewi Katidha mendengar suara bisikan. Dan ternyata suara bisikan itu berasal dari Dewi Blorong. “Hai Dewi Kaditha, aku bisa menyembuhkan penyakit yang engkau derita. Bahkan menganugerahkan kemuliaan kepadamu, asal engkau mau menjadi pengikutku,” kata Blorong. “Bila engkau menerima tawaranku, engkau harus menceburkan diri ke samudra di depanmu,” perintah Blorong.

Tanpa pikir panjang, Dewi Katidha langsung menceburkan diri ke dalam gulungan ombak yang menggegar. Tubuh Dewi Katidha hilang tersapu ombak yang dahsyat. Dia kemudian menjadi Ratu Alam Gaib yang menguasai sepanjang pantai selatan di pelabuhan Ratu, Sukabumi,Jawa Barat.

Sebuah makam berukuran besar di Karanghawu, Sukabumi, Jawa Barat merupakan bukti kematian Dewi Katidha setelah terjun ke dalam laut dan berganti wujud halus. Jiwanya masuk ke alam lelembut, alam kajiman dan menjadi anak angkat Blorong.

Jaka Tarub dan Nawangwulan cerita penguasa laut selatan tidak berhenti sampai di situ. Adalah Nawangwulan. Dia  anak dari Ratu Atas Angin. Pada setiap malam purnama tiba, Putri Nawangwulan turun ke dunia dan mandi di sebuah telaga bersama ke tujuh saudara-saudaranya.

Dari ke Tujuh bersaudara Putri Nawangwulan terlihat paling cantik. Selain cantik, Nawangwulan juga sangat baik hati. Mereka bersenang- senang, tertawa bersuka ria.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata Jaka Tarup mengintip dari semak-semak. Jaka Tarup sangat menikmati senda gurau dan lekuk tubuh Dewi-dewi Atas Awan yang sedang mandi tersebut. Sambil menikmati pemandangan yang langka, otaknya berpikir menyembunyikan selendang dan pakaian salah satu bidadari.

Tibalah saatnya para bidadari tersebut untuk kembali terbang ke angkasa meniti pelangi. Enam bidadari telah siap dengan membentangkan selendangnya. Namun seorang putri masih sibuk mencari-cari, di manakah selendang yang ia letakkan. Alangkah masgulnya Nawangwulan saat mengetahui selendang dan pakaianya tidak berada di tempatnya.

Selendang itu merupakan pakaian yang menjadi alat terbang untuk kembali ke khayangan. Tapi kini selendang itu raib. Keenam orang saudaranya tidak dapat menunggu lama. Mereka segera terbang meninggalkan Nawangwulan dalam keadaan menangis.

Akhirnya ia mengadu dan menangis sejadi-jadinya di sebuah akar pohon besar. Dari tepi telaga yang tak jauh dari tempat bersimpuh Nawangwulan, Jaka Tarub mengambil kesempatan. Pria itu merayu sang putri agar jangan terlalu bersedih dan berduka. Karena ia bersedia menolong, memberi pakaian dan tempat tinggal. Tentu saja dengan memberikan harapan kepada Nawangwulan untuk bisa menemukan pakaian dan selendangnya agar ia bisa kembali ke khayangan.
          
Jaka Tarub tidak ingin dituduh kumpul kebo oleh penduduk desa. Karenanya dia mengajak menikah Nawangwulan. Itu pun sebagai syartat pernikahan agar dapat tinggal serumah.
          
Suatu ketika, Nawangwulan berhasil menemukan selendang miliknya di sebuah guci dalam sebuah kamar terlarang. Sebelumnya Jaka Tarub berpesan agar dirinya tidak memasuki salah satu kamar di rumah mereka tinggal. Kamar itu selalu terkunci dan bila ada Jaka Tarub, Nawangwulan tidak diperbolehkan mendekati kamar tersebut. Apalagi memasukinya.
          
Saat itu Nawangwulan penasaran. Ketika Jaka Tarub pergi, ia berniat memasukinya. Tanpa disangka ia menemukan pakaian dan selendang langitnya. Kemudian Nawangwulan pun mempersiapkan diri kembali ke telaga untuk terbang menuju angkasa menuju keraton Ratu Atas Angin. Dari pernikahan itu, Nawangwulan dan Jaka Tarub telah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia 1 tahun.
          
Sebenarnya sang putri berat meninggalkan anaknya semata wayang. Namun rasa kangennya terhadap keluarga Atas Awan mengharuskan memilih satu pilihan. Yaitu meninggalkan suami dan anak buah cinta mereka.

Sepeninggal Nawangwulan, Jaka Tarub menjadi sedih. Ia berlari sambil menggendong anaknya, memohon kepada Nawangwulan untuk tinggal beberapa masa lagi bersama mereka.
          
Pertemuan dan perpisahan selalu menghasilkan gejolak perasaan. Pertemuan dengan ibunya di Kerajaan Awan sangat menyenangkan hati Nawangwulan. Sayangnya di sisi lain, dirinya harus berpisah dengan suami dan anaknya. Dua keadaan itu menjadi kegalauan bagi istri Jaka Tarub. Selanjutnya, dengan memberanikan diri Nawangwulan meminta ijin kepada Ratu Atas Awan untuk turun kembali ke bumi untuk menemui suami dan anaknya.
      
“Sekali lagi kamu turun ke bumi anakku, engkau tidak aka bisa kembali ke khayangan lagi,” begitu kata Ratu Atas Awan. “Engkau akan menjadi manusia selamanya. Engkau akan mengalami sakit dan kematian. Anakku, engkau akan hidup di dunia selama 35 tahun dan anakmu juga tidak lama hidup di dunia, ia hidup hanya sampai remaja. Dan kelak, setelah engkau mengalami kematian, dirimu akan menjadi anak angkat dari Blorong.
Dirimu akan menjadi penguasa lautan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya,” kata Ratu Atas Awan. “Dan anak semata wayangmu itu, ia akan ikut dirimu. Kalau sudah bulat tekatmu, bunda akan antarkan sekarang turun ke bumi. Tetapi satu hal yang aku inginkan, jangan kau lupakan ajaran leluhur kita,” pesan Ratu Atas Awan.

Dengan berlinang airmata, Nawangwulan mencium tangan ibundanya. “Anakmu memohon restu bunda. Dan berilah hamba bekal ilmu untuk hidup di alam manusia yang bisa hamba pakai sewaktu-waktu dalam keadaan yang genting,” pinta Nawangwulan kepada ibunya.

Dengan 50 ribu bala tentara dan kereta kencana yang ditarik 4 ekor kuda terbang, Nawangwulan turun ke bumi. Ia turun di dekat sebuah telaga, di mana tempat pertama bertemu dengan Jaka Tarub. Nawangwulan turun dan ditinggal sendiri. Setelah sampai di tempat tersebut, segera ia menuju ke rumah untuk bertemu dengan suami dan anaknya.

Rasa bahagia terbayang dalam hati dan pikirannya. Dengan terburu-buru Nawangwulan mendatangi rumah Joko Tarub. Sesampai di rumah, dirinya hanya melihat seorang anak usia enam tahun sedang bermain seorang sendiri. Dia bertanya kepada anak tersebut yang tak lain anaknya. “Kemana bapakmu, Nak?”

Anak itu menjawab dengan pandangan kagum bercampur bingung. “Ayahku tadi sedang berada di sawah. Mungkin sekarang sedang mengajarkan beladiri kepada para pemuda desa,” kata anak itu. Nawangwulan menangis hati dalam hati. Ingin rasanya ia memeluk tapi ia takut.

“Ya sudah, saya tunggu di sini sampai bapakmu pulang,” kata Nawangwulan.  “Kenalkan nama saya Ibu Nawangwulan,” kata Nawangwulan mengulurkan tangannya mendekati anaknya. “Oh, ini yang pernah diceritakan bapak. Bahwa saya mempunyai ibu berasal dari langit, bukan berasal dari bangsa manusia, tetapi berasal dari alam lain,” kata Rangga, begitu biasa ayahnya memanggil nama anak itu.
          
Putri Nawangwulan kaget. Tidak disangka bahwa bapaknya telah menceritakan ikhwal dirinya. Dipeluknya Rangga erat-erat dengan menahan tangis. Nawangwulan merasa baru beberapa bulan meninggalkan suami dan anaknya. Tetapi anak itu kini telah tumbuh begitu besar. Rasa rindu membuat kedua makhluk ibu dan anak ini bercanda dengan riangnya. Hingga tak lama kemudian datanglah Jaka Tarub. Mengetahui kepulangan istrinya, hati Jaka Tarub seakan tersiram bunga surga. 

Ratu Kidul Menikah dengan Raja. Suatu saat Nawangwulan mengajak jantung hatinya bermain di tepi sebuah pantai. Pantai itu terletak di kawasan Jawa Tengah. Dirinya ingin menunjukkan kepada putra tunggalnya untuk mengenal alam.
          
Tanpa ia sadari, ternyata Nawangwulan sedang diawasi oleh Blorong dan panglimanya. Blorong tahu, suatu saat nanti wanita dan anak ini akan menjadi penguasa laut selatan. ”Sekarang belum waktunya,” kata Blorong kepada panglimanya. “Biarkan mereka menikmati hidup alam manusia ini dengan tenang, hingga tiba waktunya mereka menjalani takdirnya, menjadi anak angkatku,” jelas Blorong.
          
Kebiasaan itu dilakukan Nawangwulan dan anaknya hingga beberapa lama. Hampir setiap hari mereka menikmati ombak, pasir dan pantai. Dan hampir setiap berada di pantai itu, Blorong dan panglimanya selalu mengawasi kedua calon penguasa pantai selatan kawasan Jawa Tengah itu.
          
Menginjak usia 20 tahun, Rangga mulai sering jatuh sakit. Tidak ada obat yang mampu membuat remaja itu sehat kembali. Karena sering memikirkan penyakit sang anak, Nawangwulan menjadi lupa mengurus diri. Ia juga tidak mau makan. Kebiasaan itu menyebabkan dirinya jatuh sakit. Saat itulah Nawangwulan ingat akan petuah ibunya Ratu Atas Awan. Bahwa usianya tidak akan melebihi 35 tahun. Dan anaknya akan meninggal dalam usia remaja.
          
Putri Nawangwulan mengadakan kontak batin dengan ibunya. Memang itulah jalan hidup bagi diri dan anaknya. Sudah menjadi suratan takdir bila ia hidup di alam manusia dan menjadi bagian dari manusia, dirinya kan mengalami kematian. Setelah itu dirinya akan hidup di alam jin dengan menjadi anak angkat yang kedua bagi Blorong.
          
Nawangwulan hanya bisa pasrah dengan nasibnya. Tak berapa lama setelah melakukan kontak dengan ibunya, utusan Blorong datang menjemputnya. Utusan itu membawanya pergi menuju istana bawah laut.
          
Dewi Blorong telah menunggu kedatangan arwah ibu dan anak itu di istananya. Dengan duduk di singgasananya Blorong menerima Putri Nawangwulan. Untuk beberapa lama kemudian Nawangwulan mendapat pelajaran ilmu kesaktian dan kejayaan. Selain dirinya, Rangga juga mendapatkan gemblengan Blorong yang kelak dipersiapkan membantu ibunya dalam menggoda manusia. “Saya Bunda, pengganti ibumu di angkasa,” begitu kata Blorong kepada Nawangwulan. “Aku telah ajarkan berbagai ilmu kepada kalian berdua. Dengan ilmu itu, engkau memiliki tugas untuk membujuk bangsa manusia untuk menjadi pengikutku,” jelas Blorong.
          
“Carilah manusia yang lemah iman dan ajarkan tentang ilmu politik kekuasaan dan kesaktian. Tentu saja setelah mereka menyepakai perjanjian yang kita buat untuk manusia. Perjanjian itu adalah bahwa manusia yang telah meminta bantuanmu harus menyerahkan anak keturunannya untuk mengabdi dan menjadi bagian bangsa kita kaum lelembut,” pesan Blorong panjang lebar.
          
Nawangwulan hanya menurut kehendak Blorong. Setelah dua tahun lamanya dia menimba ilmu dari Blorong, barulah ia diberi sebuah istana di sebelah istana Blorong. Ada larangan dari Blorong, bahwa ia melarang pengikutnya memakai pakaian berwarna merah dan hijau di sepanjang wilayah pantai kekuasaannya. Barang siapa yang melanggarnya akan mendapatkan hukuman dari Blorong.
          
Sasaran pertama yang menjadi penganut dan penerima jasa Ratu Pantai Selatan yang berkuasa di Jawa Tengah adalah seorang senopati pada masa kerajaan Mataram, tepatnya di sekitar wilayah pantai Jawa Tengah.
          
Konon, ketika sedang asyik dalam peristirahatannya, tiba-tiba laut berguncang keras. Guncangan ini membuat istana Nawangwulan kaget. Untuk mengetahui asal muasal guncangan, lalu dibukanya kaca Benggala pemberian Dewi Blorong.
          
Setelah mengetahui sebab musabab terjadinya guncangan istana bawah lautnya, Ratu Nawangwulan keluar dari istananya. Dihampirinya laki-laki muda yang sedang bertapa di atas batu di pinggiran tebing. “Wahai, Senopati ada apa engkau mengganggu dan mengguncangkan istanaku. Apa yang kamu inginkan,” tegur Nawangwulan si Ratu Pantai Selatan. ”Wahai Ratu Penguasa Laut Selatan. Saya ingin jadi Raja, bisakah Ratu membantu saya untuk mewujudkan keinginan saya,” kata senopati tersebut.
          
Ratu Nawangwulan menyanggupi keinginan Senopati untuk menjadi raja besar di Tanah Jawa. Tetapi dengan syarat. Akhirnya pertapa yang senopati itu menikah dengan Nawangwulan. Pernikahan itulah yang menjadi syarat terkabulnya keingnan sang senopati.
          
Kanjeng Ratu lalu membawa senopati ke istananya. Di sana dilakukan pesta pernikahan. Tapi sebelum itu Ratu Nawangwulan melapor kepada Blorong bahwa dirinya hendak melakukan pernikahan dengan manusia. Sebab manusia itu berkeinginan menjadikan raja terkenal diri dan keturunannya di tanah Jawa. Keinginan itu direstui oleh Blorong.
          
Pernikahan pun dilangsungkan dengan meriah. Setelah itu Ratu Nawangwulan mengingatkan perjanjiannya kepada senopati untuk membuat tempat khusus bagi dirinya di dalam istananya.
          
Nawangwulan juga meminta kepada senopati agar anak-anak yang lahir nanti menjadi pengganti dirinya. Dengan demikian seluruh anak keturunannya kelak akan menjadi suami bagi Nawangwulan.
          
Panembahan Senopati mempunyai anak laki-laki yang berbadan sukma dengan Ratu Nawangwulan. Anak ini dinamakan Rangga. Sedangkan sang senopati akhirnya memiliki istana besar di Yogyakarta.
          
Begitulah cerita tiga penguasa ratu pantai selatan. Ketiganya menguasai sebagian lautan. Mereka adalah Ratu Kaditha atau Dewi Kaditha, Putri Nawangwulan atau Ratu Pantai Selatan dan Dewi Blorong.
          
Ketiga ratu inilah yang konon menciptakan banyak raja-raja kecil yang tersebar di nusantara. Dan mereka-mereka (raja) itu diharuskan menjadi suami dari Puteri Nawangwulan, Ratu Kaditha dan Dewi Blorong. Bahkan anak keturunannya nanti–yang juga raja–akan menggantikan kedudukan bapaknya dengan menjadi budak seks ketiga Ratu Pantai Selatan.